15 Mei 2008

Sumpit, senjata tradisional Dayak


Sumpit yang dalam bahasa Dayak Ngaju disebut 'sipet' merupakan senjata tradisional yang sudah dikenal sejak jaman dahoeloe kala. Sipet terbuat dari kayu ulin yang dibentuk dan dilobangi bagian dalamnya sehingga menyerupai pipa lurus, dengan ukuran diameter bagian luar sekitar 3 cm, diameter rongga dalam sekitar 0,75 cm dan panjang sekitar 200 cm. Setelah diraut dan digosok sampai rapi, biasanya kayu ulin tersebut menjadi berwarna hitam mengkilat sehingga permukaannya mirip seperti logam. Pada bagian ujung depan pipa tadi dipasang dua macam aksesori yang terbuat dari besi, yaitu di sisi sebelah bawah dipasang mata tombak yang tajam, dan pada sisi sebelah atas dipasang besi kecil menyerupai pisir pada ujung laras senjata api, yang berguna sebagai alat bantu untuk membidik sasaran. Kedua aksesori tersebut dilekatkan pada batang sipet menggunakan rotan yang dianyam sedemikian rupa sehingga terlihat rapi, kuat dan artistik. Bagian permukaan batang sipet terkadang dihiasi dengan ukiran relief atau ornamen dengan motif khas Dayak.
Kegunaan utama sipet adalah sebagai senjata atau alat berburu, walaupun bisa juga digunakan sebagai senjata pada saat berperang. Sebagai senjata, ia dilengkapi dengan peluru yang dimasukkan ke dalam lobang laras dan dilontarkan ke arah sasaran dengan cara ditiup menggunakan mulut. Jenis pelurunya ada 2 macam. Jenis pertama terbuat dari tanah liat dalam keadaan setengah basah dibentuk berupa bola-bola kecil sebesar ukuran lubang laras, biasanya digunakan untuk jarak dekat (sekitar 5 meter) untuk berburu binatang kecil misalnya tupai dan burung-burung yang terbang rendah. Jenis peluru yang kedua disebut damek atau lahes, terbuat dari bilah bambu yang diruncingkan seperti anak panah dan di bagian belakangnya dipasang potongan kayu gabus untuk mengatur arah, kurang lebih berfungsi sama dengan bulu angsa yang dipasang pada shuttlecock (bola badminton). Lahes tersebut dibuat dalam jumlah banyak, disimpan di dalam tabung bambu yang sudah diisi dengan cairan 'bisa atau racun' dari binatang liar, sehingga apabila melukai sedikit saja tubuh hewan sasaran akan langsung mematikan. Biasanya lahes digunakan untuk berburu hewan yang lebih besar, misalnya kancil, kijang atau hewan primata (misalnya monyet dll) yang tinggal di atas pohon-pohon tinggi.
Suatu hal yang unik pada sumpit ialah ketika pelurunya dilontarkan menuju sasaran, tidak akan terdengar bunyi apapun yang membuat sasarannya mengetahui dari mana sumber asal serangan. Hal ini berbeda dengan senapan atau senjata api. Konon hal ini jugalah yang membuat Belanda kewalahan dalam perang gerilya melawan suku Dayak di Kalimantan. Kita tahu bahwa sebagai bangsa Eropah, orang Belanda itu mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi terhadap setiap hal yang belum dimengerti olehnya. Suatu ketika pasukan serdadu Belanda melintasi hutan. Kebetulan tidak jauh dari situ ada beberapa orang suku Dayak sedang mengintai. Merekapun melontarkan peluru sumpit dari tanah liat yang sengaja diarahkan pada sebatang pohon di depan salah seorang serdadu Belanda. Para serdadu tadi langsung berkerumun meneliti benda apakah gerangan yang tiba-tiba melesat di depan hidungnya. Ketika mereka asyik berkerumun itulah mereka diserang dengan peluru beneran, yaitu lahes yang mengandung racun.
Pada masa kini, anak-anak Dayak di daerah pedalaman Kalimantan masing sering bermain perang-perangan menggunakan 'sumpit-sumpitan' yang terbuat dari ruas bambu kecil dengan peluru tanah liat. Meskipun maksudnya cuma sekedar main-main tapi sesekali peluru tanah tersebut sering juga tanpa disengaja mengenai tubuh lawan. Sakiiit, tapi asyik.

13 Mei 2008

Patung Suku Dayak


Di depan rumah tinggal suku Dayak di Kalimantan Tengah atau Kalimantan Timur sering dijumpai beberapa patung menyerupai manusia laki-laki atau perempuan yang terbuat dari kayu ulin. Fungsi atau kegunaan dari patung tersebut bisa bermacam-macam. Patung kayu yang berukuran hampir sama dengan manusia di kalangan suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah biasanya merupakan sisa pelaksanaan upacara tiwah, yaitu upacara ritual mengantar arwah leluhur ke alam surga loka. Patung dalam ukuran yang lebih kecil biasanya merupakan sisa upacara ritual selain Tiwah dan sengaja dipasang di depan halaman rumah karena diyakini bahwa patung-patung tersebut mempunyai kekuatan magis untuk mengusir roh-roh jahat yang ingin mengganggu sang empunya rumah.

06 Mei 2008

Cara baru menanam pisang

Setelah merasa cukup puas bermain air, Bahuang mengangkat potongan pohon pisang bagiannya dari sungai, langsung dibawa masuk ke dalam rumahnya.
- Lho, mengapa dibawa ke dalam rumah? Orang menanam pisang itu di kebun Uang, bukan di dalam rumah. – tegur Kelep.
- Ah, kamu saja yang belum tahu. – kata Bahuang.
Sekarang ada cara baru menanam pisang supaya cepat berbuah. –
- Cara baru bagaimana? – Kelep jadi penasaran.
- Ditanam diatas dapuhan. -
Kalau masyarakat di perkotaan akhir-akhir ini sedang ribut membicarakan program konversi energi dari kompor minyak tanah menjadi kompor gas, masyarakat di negeri Kelep dan Bahuang masih ketinggalan satu langkah di belakang. Mereka masih menggunakan ’dapuhan’, yaitu tungku tempat memasak berupa timbunan tanah yang dibuat di dalam rumah, berukuran lebih kurang 2 meter kali 4 meter dan menggunakan sumber energi dari kayu bakar.
- Dasar otakmu layau , - kata Kelep kelepasan omong. – Aturan dari mana lagi itu? -
- Astaga, rupanya kamu benar-benar belum tahu bahwa bercocok tanam di kebun itu sudah ketinggalan jaman. Itu pertanian gaya jadul. –
- Jadul itu apa sih? – Kelep bertanya dengan lugu.
- Jadul itu artinya jaman dulu, bego. –
- Terus, bego itu apaan? –
- Bego itu ya uong alias blo’on. -
- Ooooo … begitu. -
- Sejalan dengan himbauan pemerintah melarang penduduk pedalaman melakukan ladang berpindah dan merambah hutan, ada paradigma baru yang lebih murah dan praktis dalam seni bercocok tanam, yaitu diatas media dapuhan. –
- Apa keistimewaan tanah dapuhan? –
- Sejak dahulu orang tahu bahwa tanah bekas bakaran itu lebih subur dari pupuk manapun. –
- Mengenai hal itu aku sudah paham Uang. Dari jaman dahulu nenek moyang kita selalu membakar ladangnya sebelum menanam, sampai-sampai pemerintah menuduh mereka sebagai biang kerok penyebab kebakaran hutan. Padahal yang membakar hutan itu kan para petani berdasi dari ibukota. -
- Keunggulan kedua karena kucing suka membuang hajat diatas dapuhan sehingga lebih memperkaya zat-zat yang diperlukan oleh tanaman. Keunggulan yang lain bahwa tanaman diatas dapuhan mudah dirawat karena lokasinya lebih dekat dan setiap saat bisa diawasi sehingga tidak sempat diganggu oleh hama. –
- Oooo ... – kata Kelep, walau sebenarnya ia tetap belum mengerti dengan jalan pikiran Bahuang. Bagaimana mungkin orang dapat bercocok-tanam diatas dapuhan, di dekat tungku perapian tempat memasak yang panasnya bisa lebih dari 300 derajat celsius? Mustahil, kata Kelep dalam hati. Benar-benar tidak masuk akal. Tapi biarlah, Bahuang mau menanam pisang dimana saja, mau di atas dapuhan atau diatas dahinya, masa-bodoh. Itu urusan dia sendiri. Kelep akan tetap menanam pisangnya di kebun di samping rumah.

Setiap pagi, hal pertama yang dilakukan Bahuang begitu ia bangun dari tidur ialah memeriksa tanaman pisangnya di pojok dapuhan. Pada pagi hari pertama dan hari kedua belum tampak adanya perubahan yang signifikan. Pada hari ketiga, daun pisang tampak mulai menguning. Wah, kalau sudah kuning artinya sudah mulai masak, kata Bahuang dalam hati. Dia mengambil daun kuning tersebut dan mencicipinya, tapi koq tidak enak? Phei, ia mengeluarkan lagi dari dalam mulutnya. Mungkin belum masak sempurna, pikirnya. Keesokan harinya daun pisang yang berwarna kuning semakin banyak. Ia mencoba lagi mencicipi seperti kemarin, tapi rasanya belum ada perubahan. Tetap tidak enak. Begitu pula yang terjadi pada hari-hari berikutnya. Setiap hari Bahuang mencicipi daun pisang yang ditanamnya. Setelah daun pisang habis, ia mencoba mencicipi pelepahnya. Setelah pelepah habis, iapun mencoba mencicipi batangnya. Namun rasanya tetap tidak sesuai dengan harapan, yaitu seperti rasa buah pisang. Akhirnya pohon pisang itu habis.

(Kutipan dari Buku Suling Tulang Bahuang - dituturkan kembali oleh Wishnu Singapari)

18 April 2008

Flickr

This is a test post from flickr, a fancy photo sharing thing.

Sapundu Sakti dari Mirah

Koran Banjarmasin Post - Kamis, 06 April 2006

BAGI sebagian warga Kalteng yang pernah berkunjung ke Museum Balanga dan melihat benda-benda antik serta situs budaya yang dikoleksi dalamnya, mungkin pernah mendengar cerita Sapundu (Patung untuk adat Tiwah) tertua di Kalteng bisa berpindah-pindah tempat karena digerakan roh halus.


Situs budaya berupa patung kepala manusia yang diukir dari batang kayu ulin bekas upacara Adat Tiwah berumur ratusan tahun yang diambil dari Desa Tumbang Mirah, Kabupaten Katingan yang menjadi salah satu koleksi Sapundu di Museum Balanga ini sering berpindah-pindah tempat.


Anehnya, semua penjaga museum yang ditanya tentang perpindahan patung ini mengaku tidak pernah memindahnya.
Lebih parah lagi, menurut Eliwati, salah seorang staf yang menjaga situs budaya di Museum, karena seringnya patung Sapundu ini berpindah tempat dengan sendirinya ini membuat takut pegawai museum serta pengunjung yang datang.
Mereka mulai menduga di dalam patung ada roh halus yang menghuninya. Diceritakan, saat patung diboyong dari Desa Tumbang Mirah, petugas yang memotong batang pohon sempat jatuh sakit hingga berminggu-minggu dan setiap malam selalu bermimpi didatangi roh penunggu Sapundu tersebut.
Untuk menenangkan roh yang diduga bersemayam di dalam Sapundu, Kepala Museum Kepurbakalaan Anom, bersama staf museum dibantu damang kepala adat dayak melakukan adat ritual dengan persembahan beberapa binatang agar petugas yang memotong pohon Sapundu tidak diganggu mahkluk halus serta Sapundu yang diletakan di dalam museum tidak berpindah-pindah tempat.
Alhasil menurut, Kasi Koleksi Museum, Yemina Yulita, hingga saat ini sejumlah Sapundu itu tidak lagi berpindah-pindah dengan sendirinya.
Pengelola museum juga mematri patung-patung Sapundu itu dengan membuat lantai dari papan agar patung tidak bergerak dengan sendirinya.
Dari ritual itu juga kata dia, petugas yang memotong Sapundu di Desa Tumbang Mirah saat itu pun sembuh total dan tidak pernah lagi bermimpi didatangi roh halus yang sebelumnya selalu mengganggu-nya. (faturahman/bpost)

10 April 2008

Nasib Sapundu



Berita Harian KaltengPos Sabtu, 9 Februari 2008

Pencuri Sapundu Dikejar

PALANGKA RAYA –Terbongkarnya modus pencurian sapundu (tiang berukir patung untuk upacara tiwah, Red) di Desa Bukit Rawi Kecamatan Kahayan Tengah Kabupaten Pulang Pisau Rabu (6/2) lalu menjadi perhatian Jajaran Polda Kalteng. Pihaknya, kini sedang melakukan penyelidikan dan pengejaran pelaku.
Hal itu ditegaskan Kapolda Kalteng Brigjen Pol Drs H Dinar SH MBA melalui Kabid Humas AKBP Soegiyarto. Jumat (8/2) siang. “Saat ini pelaku masih dalam pengejaran. Diketahui pelaku ada tiga orang dan masih dalam pemeriksaan. Sapundu yang masih dalam pengejaran ada sekitar empat jumlahnya,” ungkap pamen ini.
Selain melakukan penyelidikan, Polda juga sedang melakukan pengembangan. “Sedang dicari siapa pelaku sebenarnya. Ada kemungkinan pelaku ke luar daerah,” tambahnya.
Beberapa pencurian sapundu selama tahun 2007 tecatat ada sekitar tiga kasus. Awal 2007 di Desa Sei Pasah Kapuas Hilir sebuah sapundu yang merupakan benda adat masyarakat Kaharingan hilang dari tempatnya, Rabu (14/3).
Pencurian dengan modus sama terjadi 8 Juli 2007. Pelaku berhasil diungkap jajaran Polsek Kuala Kuayan Kabupaten Kotim. Demikian juga 29 September 2007 terjadi pencurian di Desa Tumbang Lahang Kecamatan Katingan Tengah Kabupaten Katingan, benda bersejarah yang telah berusia ratusan tahun itu raib dari tempatnya. Kejadian itu membuat warga resah terutama pemilik sapundu, namun pencuri belum berhasil diringkus.
Dengan rangkaian kejadian itu, Soegiyarto mengimbau pemilik sapundu agar merawat aset sejarah yang memiliki nilai tinggi ini.
“Karena kalau tidak dirawat bisa diambil orang-orang yang tidak bertanggung jawab, demikian juga jika masyarakat ada yang melihat sapundu dibawa orang-orang tertentu agar melapor pihak berwajib,” katanya.
Belum diketahui apakah pencurian ini ada sendikatnya atau tidak yang berhubungan dengan pencuri benda-benda bersejarah. Selain aset sejarah, sapundu juga merupakan aset wisata.
Kasubdin Seni dan Budaya Dinas Kebudayaan Kalteng, Alfret Bahan menyayangkan seringnya pencurian sapundu.
“Jelas orang itu tidak menghargai budaya apalagi memeliharanya. Kalau kita melihat nilai sapundu yang terbuat dari kayu ulin merupakan sesuatu yang sakral untuk keluarga,” jelas Alfret per telepon.
Sapundu dibuat saat tiwah yaitu merupakan acara ritual pembongkaran kuburan orang yang telah meninggal untuk ditempatkan dalam sebuah sandung.(rob/*/opa)




24 Maret 2008

Dari Buku "Suling Tulang Bahuang"

Dasar latak talun ! - kata Pang Beruk mulai ngomel lagi. Maksudnya (kurang-lebih) dasar sialan. Harta benda mereka sudah hampir ludes untuk batatamba[1] dan membayar balian, tapi ia belum juga kunjung sembuh. Meskipun demikian Indang Beruk dan anak-anaknya tidak putus asa. Mereka terus berusaha mencari balian yang lain lagi, walau harus pergi ke tempat-tempat yang lebih jauh. Berkat memang sabar, akhirnya mereka menemukan seorang balian bernama Nyai Indang Kempes. Tidak ada orang yang mengetahui dengan pasti apakah itu nama asli atau nama dibuat-buat, tapi bila melihat penampilan pisiknya, nama itu memang sesuai baginya. Umurnya sekitar tigapuluh lima tahun. Pipinya kempes, dadanya kempes, perutnya kempes, kaki tangan dan seluruh tubuhnya kurus kerempeng, hampir mirip dengan penderita gizi buruk, atau lebih tepat lagi kalau dikatakan bahwa ia termasuk kalangan elit atau ekonomi sulit. Penampilannya benar-benar tidak bonafid. Tapi bagi Indang Beruk, bonafid atau tidak, tetap perlu dicoba. Namanya juga usaha.

Singkat cerita, Indang Beruk meminta Nyai Indang Kempes melaksanakan upacara balian untuk mengobati suaminya. Seperti biasa, sebelum mulai balian Nyai Indang Kempes melakukan diagnose atau pemeriksaan pendahuluan terhadap pasiennya. Pang Beruk sudah tidak lagi terlalu mempermasalahkan orang bolak-balik membuka dan melihat benda keramatnya. Masya allah, benda itu sudah semakin besar saja. Sekarang sudah sebesar buah labu dan berwarna kuning kemerahan.
- Sakitnya sudah berapa hari? – tanya Nyai Indang Kempes.
- Sudah tujuh hari. – jawab Indang Beruk.
- Bagaimana asalmula kejadian penyakitnya? –
- Semula ada sesuatu yang menggigit atau menyengat biji kemaluan Pang Beruk. Kami tidak tahu entah binatang apa. Pada luka bekas gigitan itu kemudian timbul benjolan sebesar biji jambu mente. Dari ke hari benjolan itu semakin besar, disertai rasa sakit luar biasa. -
- Bagian mana yang terasa paling sakit? – kini Nyai Indang Kempes bertanya kepada Pang Beruk.
- Pada bagian yang mengalami pembengkakan sampai ke seluruh pinggang. Selain itu juga pada bagian belakang kepala. –
Nyai Indang Kempes merogoh ’kusak nyilip’ tempat peralatannya yang terbuat dari anyaman rotan. Indang Beruk mengira ia akan mengeluarkan botol minyak garu atau benda-benda keramat peralatan balian, tapi ternyata ia keliru. Nyai Indang Kempes mengeluarkan stetoskop dan tensimeter, langsung digunakan untuk memeriksa denyut nadi dan tekanan darah Pang Beruk. Balian macam apa pula yang satu ini? Pikir Indang Beruk dalam hati. Tapi ia diam saja sambil memperhatikan Nyai Indang Kempes memasang tensimeter pada lengan kanan Pang Beruk sebelah atas, dipencet-pencet dan diputar-putar, lalu terdengar bunyi udara keluar. Cesss.
- Sudah diberi obat apa saja? -
- Hanya reramuan tatamba made in kampoeng. -
Nyai Indang Kempes melanjutkan pemeriksaan dengan mengecek kelopak mata, bagian belakang telinga, bagian bawah dagu dan yang terakhir ia memeriksa lidah dan bagian dalam rongga mulut Pang Beruk. Setelah selesai pemeriksaan ia terdiam beberapa saat, seolah sedang memikirkan sesuatu yang sangat berat.
- Sebenarnya penyakit apa yang dialami Pang Beruk? - Indang Beruk bertanya dengan hati-hati. Sebelum menjawab pertanyaan itu Nyai Indang Kempes memberi kode dengan gerakan tangannya supaya mereka pindah ke tempat yang agak jauh sehingga pembicaraan mereka tidak dapat didengar langsung oleh Pang Beruk.
- Pang Beruk kemungkinan besar mengalami sakit pembengkakan kelenjar getah bening. Hal ini berawal dari radang akibat adanya infeksi bakteri atau parasit pada luka bekas gigitan tadi, sehingga sel-sel limfosit di dalam tubuhnya mengalami pembesaran karena menumpuk pada kelenjar getah bening. Dalam bahasa medis kondisi seperti itu disebut limfadenopati. –
- Apa itu sel limfosit? –
- Kalau diumpamakan, sel limfosit itu kurang lebih sama dengan pabrik sel-sel darah putih. Tugasnya seperti tentara, menjaga tubuh kita dari serangan kuman, parasit atau virus. –
- Mengapa tentara bisa mengalami pembengkakan?
- Pembengkakan itu merupakan reaksi tubuh ketika melawan serangan kuman penyakit. Misalnya kita mengalami bisul di kaki, maka bisa menimbulkan pembesaran kelenjar getah bening di selangkangan. Fenomena ini oleh masyarakat disebut dengan istilah sekelan, atau dalam bahasa Ngaju disebut ’nguntit.’ Biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah dua atau tiga hari. Tapi kalau ’nguntit’ itu tidak sembuh-sembuh bahkan semakin membesar, berarti harus diwaspadai, karena merupakan keadaan tidak normal. Pembengkakan seperti itu bisa saja menjalar menjadi kanker kelenjar getah bening, atau sering juga disebut kanker limfoma. –
- Apa ada harapan untuk sembuh? –
- Pada tahap yang paling ringan dapat disembuhkan dengan obat anti infeksi, misalnya Bactrim Forte. Tapi kalau sudah pada tahap kanker limfoma akan lebih berbahaya, karena penyakit tersebut merupakan jenis kanker yang paling cepat berkembang menjadi berat. Bila tidak diobati, dalam waktu sekitar enam bulan penderita bisa meninggal dunia. Walau demikian, penyakit ini bisa disembuhkan apabila ditangani secara dini. Pengobatannya bisa melalui kemoterapi, terapi antibodi monoklonal, radiasi, terapi biologik, dan cangkok sumsum tulang. Terapi mana yang akan dilakukan, sangat tergantung pada beberapa hal, antara lain jenis penyakit, sejauh mana penyebaran penyakitnya, lokasi yang terkena, kondisi fisik dan usia pasien.
- Penyakit Pang Beruk pada tahap yang mana? -
- Mudah-mudahan masih pada tahap yang masih relatif ringan. Tetapi yang agak repot ialah karena Pang Beruk mengalami sakit multi dimensi. -
- Apa yang dimaksud penyakit multi dimensi? -
- Maksudku, selain penyakit fisik yang dijelaskan tadi, Pang Beruk juga secara psikologis menderita penyakit spiritual. Ia sedang berada dibawah pengaruh ilmu ghaib ’pakihang.’ Hal ini mengakibatkan proses pengobatan apapun yang dijalaninya tidak akan dapat membuat ia sembuh. Ibarat orang sedang mengalami gagal ginjal, setiap obat yang dimasukkan ke dalam tubuhnya tidak dapat diproses untuk menyembuhkan, tetapi malah beralih fungsi menjadi racun di dalam aliran darahnya. Oleh karena itu fungsi ginjalnya harus dipulihkan terlebih dahulu. -
- Ilmu ’pakihang’ itu apa lagi? -
- Maaf, sebenarnya aku tidak enak mengatakan hal ini. Menurut ’penglihatan’ mata batinku Pang Beruk pernah mengambil, atau tegasnya mencuri barang milik orang lain yang bukan haknya. Celakanya, barang itu sebelumnya sudah dirajah atau ’diisi’ orang dengan ilmu ghaib yang oleh masyarakat setempat disebut ilmu ’pakihang.’ Ada juga yang menyebutnya ’kiwang’.
- Apa itu semacam guna-guna atau ilmu santet? –
- Bukan. Ilmu santet itu identik dengan ilmu hitam, digunakan untuk tujuan menyakiti orang lain. Mungkin karena alasan dendam, sakit hati atau karena memang tidak suka dengan pihak korban. Tidak peduli apakah pihak korban punya kesalahan atau tidak terhadap orang yang menyantet.
Sedangkan ilmu pakihang bertujuan untuk melindungi suatu barang dari tindakan vandalisme atau pencurian. Pakihang tidak akan pernah menyakiti orang lain sepanjang orang itu tidak mencuri barang yang sudah dirajah tadi. Tapi siapa saja yang berani coba-coba mengambilnya tanpa persetujuan dari pemilik barang, akan mengalami penyakit aneh seperti Pang Beruk sekarang. -
- Apakah cara kerjanya selalu seperti itu? Maksudku apakah setiap orang yang kena pakihang itu akan mengalami sakit bengkak pada kemaluannya? -
- Tidak selalu seperti itu, tergantung kepada jenis pakihang yang dirajah sebelumnya. Misalnya ada pakihang yang digunakan untuk melindungi rumah. Apabila pencuri masuk ke dalam rumah itu maka ia akan kehilangan ingatan. Ia akan berputar-putar di dalam rumah dan tidak tahu jalan untuk keluar, sampai si pemilik rumah datang untuk membebaskannya dari pengaruh ilmu tersebut. Kamu harus bersyukur karena pakihang yang dialami oleh suamimu itu masih tergolong ringan. -
- Memangnya ada yang lebih menyakitkan dari itu?
- Banyak. Di suatu daerah di pulau Kalimantan ada ilmu pakihang yang bisa membuat kemaluan orang jadi benar-benar hilang dari tempatnya dan tahu-tahu sudah pindah tempat, menempel di dinding. -
- Itu di daerah mana? -
- Tidak perlu aku sebutkan, supaya orang selalu berhati-hati meski berada di daerah mana saja.
[1] batatamba = berobat

03 Januari 2008

Selamat datang tahun 2008

BANJIR: Deretan mobil antre melintasi jalan raya Ngopak, Kecamatan Grati, Pasuruan, Jawa Timur, yang terendam banjir, Rabu. Banjir juga mengakibatkan ratusan rumah di Kabupaten Pasuruan tergenang air. (photo : ANTARA)

Tahun 2007 yang lalu kita awali dengan tragedi jatuhnya pesawat Adam Air di Laut Sulawesi. Seratus dua orang penumpang hilang tanpa bekas. Tahun itu juga kita akhiri dengan musibah tanah longsor di Tawangmangu Karang Anyar Jawa Tengah. Sedikitnya 67 korban terkubur hidup-hidup. Bahkan hari-hari pertama dalam tahun 2008 ini televisi dan surat kabar kita penuh dengan berita bencana banjir yang melanda daerah aliran sungai bengawan Solo, mulai dari Jawa Tengah sampai ke Jawa Timur. Menurut catatan meluapnya bengawan Solo ini merupakan peristiwa terburuk selama 40 tahun terakhir. Keadaan ini sungguh membuat kita merasa prihatin, sekaligus juga semakin mengukuhkan ramalan group musik Bimbo itu : "Tahun dua ribu .... pulau Jawa akan tenggelam."
Saya hanya dapat mengingatkan agar kita tidak cepat putus asa, meski mungkin pulau Jawa benar-benar akan tenggelam tapi pulau-pulau lain di negara kita masih banyak yang lebih luas dari pulau Jawa dan penduduknya masih kosong. Sumatera, Sulawesi, Papua dan pilihan terakhir tentu saja pulau Kalimantan yang dulu paling ditakuti oleh suku pendatang karena penuh dengan head hunter (ngayau) dan manusia berekor yang haus darah. Percayalah, hal-hal seperti itu tidak ada di pulau Kalimantan dan hanyalah sebuah paranoid yang sengaja diciptakan untuk memecah belah bangsa. Kami membuka diri untuk menerima dengan ramah siapa saja yang bersedia datang kemari untuk bersama membangun pulau besar ini untuk kesejahteraan bersama, dengan sikap dan semangat saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain. Selamat datang tahun 2008. Selamat datang saudara Jawa.