18 April 2008

Flickr

This is a test post from flickr, a fancy photo sharing thing.

Sapundu Sakti dari Mirah

Koran Banjarmasin Post - Kamis, 06 April 2006

BAGI sebagian warga Kalteng yang pernah berkunjung ke Museum Balanga dan melihat benda-benda antik serta situs budaya yang dikoleksi dalamnya, mungkin pernah mendengar cerita Sapundu (Patung untuk adat Tiwah) tertua di Kalteng bisa berpindah-pindah tempat karena digerakan roh halus.


Situs budaya berupa patung kepala manusia yang diukir dari batang kayu ulin bekas upacara Adat Tiwah berumur ratusan tahun yang diambil dari Desa Tumbang Mirah, Kabupaten Katingan yang menjadi salah satu koleksi Sapundu di Museum Balanga ini sering berpindah-pindah tempat.


Anehnya, semua penjaga museum yang ditanya tentang perpindahan patung ini mengaku tidak pernah memindahnya.
Lebih parah lagi, menurut Eliwati, salah seorang staf yang menjaga situs budaya di Museum, karena seringnya patung Sapundu ini berpindah tempat dengan sendirinya ini membuat takut pegawai museum serta pengunjung yang datang.
Mereka mulai menduga di dalam patung ada roh halus yang menghuninya. Diceritakan, saat patung diboyong dari Desa Tumbang Mirah, petugas yang memotong batang pohon sempat jatuh sakit hingga berminggu-minggu dan setiap malam selalu bermimpi didatangi roh penunggu Sapundu tersebut.
Untuk menenangkan roh yang diduga bersemayam di dalam Sapundu, Kepala Museum Kepurbakalaan Anom, bersama staf museum dibantu damang kepala adat dayak melakukan adat ritual dengan persembahan beberapa binatang agar petugas yang memotong pohon Sapundu tidak diganggu mahkluk halus serta Sapundu yang diletakan di dalam museum tidak berpindah-pindah tempat.
Alhasil menurut, Kasi Koleksi Museum, Yemina Yulita, hingga saat ini sejumlah Sapundu itu tidak lagi berpindah-pindah dengan sendirinya.
Pengelola museum juga mematri patung-patung Sapundu itu dengan membuat lantai dari papan agar patung tidak bergerak dengan sendirinya.
Dari ritual itu juga kata dia, petugas yang memotong Sapundu di Desa Tumbang Mirah saat itu pun sembuh total dan tidak pernah lagi bermimpi didatangi roh halus yang sebelumnya selalu mengganggu-nya. (faturahman/bpost)

10 April 2008

Nasib Sapundu



Berita Harian KaltengPos Sabtu, 9 Februari 2008

Pencuri Sapundu Dikejar

PALANGKA RAYA –Terbongkarnya modus pencurian sapundu (tiang berukir patung untuk upacara tiwah, Red) di Desa Bukit Rawi Kecamatan Kahayan Tengah Kabupaten Pulang Pisau Rabu (6/2) lalu menjadi perhatian Jajaran Polda Kalteng. Pihaknya, kini sedang melakukan penyelidikan dan pengejaran pelaku.
Hal itu ditegaskan Kapolda Kalteng Brigjen Pol Drs H Dinar SH MBA melalui Kabid Humas AKBP Soegiyarto. Jumat (8/2) siang. “Saat ini pelaku masih dalam pengejaran. Diketahui pelaku ada tiga orang dan masih dalam pemeriksaan. Sapundu yang masih dalam pengejaran ada sekitar empat jumlahnya,” ungkap pamen ini.
Selain melakukan penyelidikan, Polda juga sedang melakukan pengembangan. “Sedang dicari siapa pelaku sebenarnya. Ada kemungkinan pelaku ke luar daerah,” tambahnya.
Beberapa pencurian sapundu selama tahun 2007 tecatat ada sekitar tiga kasus. Awal 2007 di Desa Sei Pasah Kapuas Hilir sebuah sapundu yang merupakan benda adat masyarakat Kaharingan hilang dari tempatnya, Rabu (14/3).
Pencurian dengan modus sama terjadi 8 Juli 2007. Pelaku berhasil diungkap jajaran Polsek Kuala Kuayan Kabupaten Kotim. Demikian juga 29 September 2007 terjadi pencurian di Desa Tumbang Lahang Kecamatan Katingan Tengah Kabupaten Katingan, benda bersejarah yang telah berusia ratusan tahun itu raib dari tempatnya. Kejadian itu membuat warga resah terutama pemilik sapundu, namun pencuri belum berhasil diringkus.
Dengan rangkaian kejadian itu, Soegiyarto mengimbau pemilik sapundu agar merawat aset sejarah yang memiliki nilai tinggi ini.
“Karena kalau tidak dirawat bisa diambil orang-orang yang tidak bertanggung jawab, demikian juga jika masyarakat ada yang melihat sapundu dibawa orang-orang tertentu agar melapor pihak berwajib,” katanya.
Belum diketahui apakah pencurian ini ada sendikatnya atau tidak yang berhubungan dengan pencuri benda-benda bersejarah. Selain aset sejarah, sapundu juga merupakan aset wisata.
Kasubdin Seni dan Budaya Dinas Kebudayaan Kalteng, Alfret Bahan menyayangkan seringnya pencurian sapundu.
“Jelas orang itu tidak menghargai budaya apalagi memeliharanya. Kalau kita melihat nilai sapundu yang terbuat dari kayu ulin merupakan sesuatu yang sakral untuk keluarga,” jelas Alfret per telepon.
Sapundu dibuat saat tiwah yaitu merupakan acara ritual pembongkaran kuburan orang yang telah meninggal untuk ditempatkan dalam sebuah sandung.(rob/*/opa)