15 November 2012

SIAPA MAMPU MENGHENTIKAN WAKTU (Bagian 8)


Tiba-tiba aku sadar dan merasa sakit pada luka herpes di kulitku yang belum sembuh. Aku mendorong Mala dari dalam pelukanku secara perlahan.
-    Ada apa Wish? – ia berbalik ke belakang dengan tatapan  penuh rasa heran.
-    Maaf, aku baru sekarang memberitahukanmu. Tidak lama setelah keberangkatanmu ke Banjarmasin aku terserang penyakit herpes, - kataku sambil menyingkap bajuku.
-    Tuh kan, ternyata naluriku tidak salah. Dari suaramu di telepon kemarin aku sudah curiga bahwa kamu sedang tidak sehat. Mengapa kamu tidak memberitahu aku?  Kalau aku tahu kan aku bisa pulang lebih cepat. –
-    Sudahlah, tidak apa-apa. Aku sudah berobat ke dokter, kata dokter sebentar lagi juga pasti sembuh. – kataku berusaha untuk menenangkan hatinya.
-    Kapan kamu pergi ke dokter? Dimana? – tanya Mala.
-    Kemarin pagi, ke dokter di Rumah Sakit Umum Tamiang.
-    Mana obat-obat dari dokter, aku mau lihat... – katanya.
Aku menarik laci dashboard, mengeluarkan setumpuk obat dan meletakkannya di atas dashboard. Ia terperanjat.
-    Yak ampuuun .... mengapa obatnya sebanyak ini??? –
***
            Esok paginya aku terbangun dari tidur ketika semua jendela kamar sudah terbuka. Udara pagi dan bau wangi rerumputan terasa begitu segar, menembus masuk sampai ke seluruh rongga paru-paru. Aku mencari-cari Mala. Ternyata ia sedang duduk di teras belakang, asyik menatap ke puncak pohon chery hutan yang sedang berbuah di samping rumah kami. Di atas pohon itu ada seekor tupai dan beberapa ekor burung kecil melompat-lompat, terbang dan hinggap ke sana kemari sambil berkicau dengan riang. Tampaknya mereka sedang bersama-sama menikmati sarapan pagi dari hasil buah pohon chery hutan itu. Aku menghampiri Mala, menyentuh pundaknya dengan perlahan. Ia meraih tanganku dari bahunya, membawa menuju ke arah wajahnya, lalu ujung jariku ia cium dengan sangat lembut. Inilah suasana yang sangat kami sukai di tempat ini. Begitu damai, begitu mesra. Setiap detik terasa sangat istimewa. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat atau disentuh, tetapi dapat dirasakan jauh di dalam hati kita. Sesungguhnya hal itu bisa didapat, ketika kita bisa menikmati hari-hari dengan senyuman, tawa dan canda, menghabiskan waktu bersama orang-orang tercinta. Bagi aku dan Mala itulah kebahagiaan yang sebenarnya.