10 April 2008

Nasib Sapundu



Berita Harian KaltengPos Sabtu, 9 Februari 2008

Pencuri Sapundu Dikejar

PALANGKA RAYA –Terbongkarnya modus pencurian sapundu (tiang berukir patung untuk upacara tiwah, Red) di Desa Bukit Rawi Kecamatan Kahayan Tengah Kabupaten Pulang Pisau Rabu (6/2) lalu menjadi perhatian Jajaran Polda Kalteng. Pihaknya, kini sedang melakukan penyelidikan dan pengejaran pelaku.
Hal itu ditegaskan Kapolda Kalteng Brigjen Pol Drs H Dinar SH MBA melalui Kabid Humas AKBP Soegiyarto. Jumat (8/2) siang. “Saat ini pelaku masih dalam pengejaran. Diketahui pelaku ada tiga orang dan masih dalam pemeriksaan. Sapundu yang masih dalam pengejaran ada sekitar empat jumlahnya,” ungkap pamen ini.
Selain melakukan penyelidikan, Polda juga sedang melakukan pengembangan. “Sedang dicari siapa pelaku sebenarnya. Ada kemungkinan pelaku ke luar daerah,” tambahnya.
Beberapa pencurian sapundu selama tahun 2007 tecatat ada sekitar tiga kasus. Awal 2007 di Desa Sei Pasah Kapuas Hilir sebuah sapundu yang merupakan benda adat masyarakat Kaharingan hilang dari tempatnya, Rabu (14/3).
Pencurian dengan modus sama terjadi 8 Juli 2007. Pelaku berhasil diungkap jajaran Polsek Kuala Kuayan Kabupaten Kotim. Demikian juga 29 September 2007 terjadi pencurian di Desa Tumbang Lahang Kecamatan Katingan Tengah Kabupaten Katingan, benda bersejarah yang telah berusia ratusan tahun itu raib dari tempatnya. Kejadian itu membuat warga resah terutama pemilik sapundu, namun pencuri belum berhasil diringkus.
Dengan rangkaian kejadian itu, Soegiyarto mengimbau pemilik sapundu agar merawat aset sejarah yang memiliki nilai tinggi ini.
“Karena kalau tidak dirawat bisa diambil orang-orang yang tidak bertanggung jawab, demikian juga jika masyarakat ada yang melihat sapundu dibawa orang-orang tertentu agar melapor pihak berwajib,” katanya.
Belum diketahui apakah pencurian ini ada sendikatnya atau tidak yang berhubungan dengan pencuri benda-benda bersejarah. Selain aset sejarah, sapundu juga merupakan aset wisata.
Kasubdin Seni dan Budaya Dinas Kebudayaan Kalteng, Alfret Bahan menyayangkan seringnya pencurian sapundu.
“Jelas orang itu tidak menghargai budaya apalagi memeliharanya. Kalau kita melihat nilai sapundu yang terbuat dari kayu ulin merupakan sesuatu yang sakral untuk keluarga,” jelas Alfret per telepon.
Sapundu dibuat saat tiwah yaitu merupakan acara ritual pembongkaran kuburan orang yang telah meninggal untuk ditempatkan dalam sebuah sandung.(rob/*/opa)